jumat juli 24 2015
Seorang pengurus masjid Baitul mutaqin di tolikara menceritakan awal mula berdirinya masjid tersebut sebelum akhirnya terbakar akibat amuk massa pada jumatlalu.
pengurus itu mengakui pernah tinggal di masjid selama kurang lebih empat tahun.''sekitar 2005 hingga 2008 saya tinggal di masjid itu belum pernah ada kerusuhan ,''ujar Djon,menolak menyebut nama lengkapnya,ketiak dihubungi tempo,selasa21 juli 2015.
masjid Baitul mutaqin,kata dia dibangun sekitar tahun 1990-an.menurutnya,selama itu,tidak ada keusuhan yang pernah terjadi.kerusuhan baru terjadi pertama kali saat umat muslim Tolikara tengah melaksanakan salat idul Fitri pada jumat lalu.
sebagai minoritas, pria itu mengakui jika ingin melakukan ibadah selayaknya tidak mengangu umat gereja injil di Indonesia (GIDI) yang mendominasi Tolikara.salah satunya dengan tidak membuat kuba di atas Masjid Baitul Mutaqin. ''kita selalu menjaga supaya jangan terlalu kelihatan mencolok ketika beribadah.mereka (GIDI) sudah menerima.meraka enggak melarang'',ujarnya.
selain itu,kata dia pada saat adzan juga tidak mengunakan pengeras suara yang dapat menggangu masyarakat sekitar.
masjid tersebut, kata dia,memang sengaja tidak dipasangi kubah agar tidak terlihat begitu menonjol menyerupai bangunan masjid.bahkan,masjid itu juga sengaja dicat hitam layaknya tanda misionaris.Hal tersebut, kata dia sengaja dilakukan supaya tidak menimbulkan kekhawatiran di tengah jamaah GIDI sehinga umat muslimbisa tetap menjalankan ibadah.''ujarnya.jadi dibikin menyerupai rumah supaya tidak terlalu mencolok dan tidak mengundang perhatian.yang penting kita bisa ibdah,''ujarnya.
pada 2007, kata dia pernah di buat petunjuk arah yang memberitahukan jalan menuju masjid dan papan nam masjid.sayangnya, hal tersebut tak disetujui oleh warga GIDI setempat.''akhirnya papanya kami pasang didepan pintu masjid saja,'' ujarnya.
menurut pria tersebut, jamaah GIDI di tolikara sudah sangat toleran keberadaan umat mulslim sana dibandingkan beberapa daerah lain seperti di distrik Bokondini .miaslnya, pada hari munggu diperingati sebagai hari ibadah jamaah GIDI dan semua kios-kios wajib ditutup selama seharian .namun jamaah GIDI mengizinkan umat muslim untuk menutup kios selama setengah hari saja .''kita perbolehkan buka kios jam 12,'' ujar dia.
kerusuhan Tolikara bermula ketika pada jumaat pagi, 17 juli 2015,sekelompok warga jamaat gereja injil di indonesia (GIDI) memprites pelaksanaan salat idul Fitri di halaman masjid, yang terletak didekat tempat penyelengaraan seminar dan kebaktian kebangunan Rohani INJILI pemuda.
polisi kemudian melontarkan tembakan ke arah jamaat GIDI.
akibatnya,sebelas orang terluka dan satu anak tewas.
temabakan ini memangcing kemarahan lebih besar .jamaat GIDI mulai menyerang dan membakar rumah serta kios di dekat lokasi salat idul Fitri. api kemudian merembet kemasjid.
saat kebakaran meluas, warga muslimTolikara berusaha menyelamatkan diri.salat idul Fitri terpaksa dibatalkan.enam rumah,sebelas kios, dan satu masjid ludes terbakar.
sumber htt: http://nasional.tempo.co/read/news/2015/07/22/078685624/jaga-toleransi-masjid-tolikara-dibuat-menyerupai-gereja
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "jaga Toleransi,masjid tolikara dibuat menyerupai Gereja"
Post a Comment